NGAWI — Masa pandemi bukan berarti kita tidak bisa produktif dalam pembelajaran. Kita tahu bahwa fasilitas saat ini sudah sangat memadai bagi kita untuk belajar secara online (dalam jaringan).
Belajar apa saja bagi anggota pramuka adalah sebuah ilmu yang tidak akan sia-sia untuk diterapkan. Terlebih sesuai dengan Tri Satya, pramuka Penegak adalah sebagai anggota yang menyiapkan diri untuk terjun ke masyarakat.
Salah satu materi yang kita pelajari adalah menanam sayuran dengan metode hidroponik. Metode ini ternyata sudah ada sejak ribuan tahun lalu, kurang lebih 2600 tahun yang lalu bahkan menjadi salah satu keajabian dunia yaitu Taman gantung (Hanging Gardens) Babylon.
Sementara itu, hidroponik mulai masuk ke Indonesia pada era 1970-an dan menjadi materi perkuliahan di perguruan tinggi. Sistem hidroponik ini menjadi salah satu solusi bagi pengembangan tanaman buah dan sayur dengan berbagai kelebihan dibandingkan sistem pertanian konvensional.
Banyak kakak-kakak purna Ambalan yang sudah berkecimpung di dunia hidroponik ini. Sebut saja Kak Nanang Setiawan, pradana angkatan 8. Ia bersama Kak Fitri (istrinya) yang sama-sama dari angkatan 8 melakukan budidaya hidroponik di desa Wonosari, Sine.
Banyak tanaman sayuran hasil metode hidroponik yang dihasilkan oleh Kak Nanang dari beberapa tahun lalu yang ia tekuni di tengah kesibukan pekerjaan sehari-harinya sebagai anggota TNI.
Selain Kak Nanang, ada juga Kak Tri Marhendra Rahardyan angkatan 5. Di tengah masa pandemi dengan kondisi harus Work From Home memberikan waktu lebih banyak bagi pegawai Badan Pengawas Keuangan tersebut untuk belajar dari nol tentang hidroponik.
Kak Tri Marhendra membagikan pengalamannya dalam budidaya hidroponik ini. Kak TM, panggilan akrabnya berawal dengan mempelajari Nutrient Film Technique (NFT) salah satu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi dan oksigen.
Dengan belajar juga melalui online melalui kanal-kanal Youtube, Kak TM sudah bisa membuat set Deep Flow Technique (DFT) yaitu cara menanam tanaman dengan mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus-menerus selama 24 jam pada rangkaian aliran tertutup.
“Jadilah satu, alhamdulillah sudah sekali panen. Lalu direkuest bang Indra Jabrix dan Mbak Lilis, dua-duanya senior di STAPALA (STAN Pecinta Alam). Jadilah yang kedua dan ketiga,” kenangnya seperti dibagikan dalam akun Facebook.
Masih merasa ingin belajar lagi, Kak TM juga mencoba eksplor komposter aerob. Hari Minggunya ia isi dengan menyediakan Dutch Bucket.
Dutch bucket ini dibuat untuk media tanam tomat dan cabe yang sudah berusia kurang lebih sebulan dari semai. Diilhami dari postingan di kanal youtube Hidroponikpedia, Kak TM mencoba semai tomat dan cabe.
Meski agak sulit mencari box es krim, namun Kak TM mengaku bisa mengatasinya dengan mengganti dengan ember bekas 5 kg dari seller online tak jauh dari rumah. Kak TM tinggal di Bintaro, Tangerang. Dan jadilah apa yang ia inginkan dan berhasil menanam cabe.
Dari berabagi sumber disebutkan bahwa kelebihan cara menanam hidroponik yaitu mengurangi risiko atau masalah budidaya yang berhubungan dengan tanah seperti gangguan serangga, jamur, dan bakteri yang hidup di tanah.
Sistem hidroponik juga lebih mudah dalam pemeliharaan seperti tidak melibatkan proses penyiangan dan pengolahan tanah. Selanjutnya proses budidaya dilakukan dalam kondisi lebih bersih tanpa menggunakan pupuk kotoran hewan.
Nah, kita semua bisa juga mencobanya dengan berdiskusi online bersama kakak-kakak dan atau pembina untuk penerapan sistem hidroponik ini di rumah. Sambil tetap belajar online, kita bisa produktif menanam sayuran, tentu sebuah manfaat yang luar bagi kita. (Ach)